Kamis, 10 Desember 2009

Fokus Pada Pelangan -pelajaran dari Google-

Sangat banyak sebenarnya pelajaran yang bisa didapatkan dari perusahaan dot-com yang satu ini, banyak juga inspirasi yang bisa direnungkan untuk ide dalam menjalankan bisnis yang bisa diperoleh dari perusahaan milik Sergey Brin dan Larry Page ini.

Saya coba memecah beberapa pelajaran yang bisa direnungkan yang saya baca dari buku Kisah Sukses Google karya David A. Vise serta beberapa artikel yang saya baca tentang perusahaan yang inspiratif ini.

Google bukan hanya perusahaan yang selamat dari gelembung dot-com pada tahun 2000. Google juga bukan hanya menjadi perusahaan yang menyelamatkan para pekerja di Silicon Valley ketika gelembung itu pecah dan banyak perusahan memberhentikan pegawainya.

Google berada diatas itu semua, perusahaan yang sangat inovatif luar dalam ini menyimpan berbagai resep yang menjadikannya salah satu perusahaan idaman bagi para pekerja di seluruh dunia.

Salah satu resep itu adalah ‘menghargai pelanggan’.

Google sangat memegang prinsip menghargai pelanggan yang adalah user mesin pencari mereka, dan mereka menjalankan prinsip ini sampai kesumsum tulang para pendirinya, Google Guys, bahkan sejak perusahaan itu belum menjadi perusahaan sekalipun, Sergey dan Larry sangat tidak ingin apa yang ia kerjakan dan ia bangun hanya menjadi mesin pencari uang saja, tetapi menjadi perusahaan yang berguna bagi banyak orang adalah lebih penting di atas segalanya.

Tampilan situs yang bersih dan tanpa iklan adalah buah dari keteguhan para pendiri Google dari godaan iklan yang mengganggu. secara logika tampilan situs Google yang sederhana itu dibuat agar proses loading pertama kali ketika situs itu dibuka bisa berjalan lancar dan tanpa hambatan yang berarti, namun di balik itu semua, para pendiri Google berusaha menghargai para penggunanya dengan tidak menempatkan berbagai link serta iklan di halaman utama.

Pada masanya, strategi ini merupakan sebuah terobosan, karena banyak persuahaan dot-com dibuat untuk mencari iklan, tapi para pendiri Google dengan keteguhan pada prisip segalanya bagi para pengguna tetap mempertahankan tampilan sederhana ini. kini kesederhaanan adalah sebuah frasa utama yang telah menjadi jurus dasar dalam membuat aplikasi, terutama bagi situs-situs yang berhubungan langsung dengan crowdsource.

Pelanggan adalah segalanya bagi Google, menyediakan sebuah situs pencarian yang melebihi para kompetitornya tanpa memikirkan dari mana mereka mendapatkan uang adalah pijakan dasar yang kini membuahkan hasil, para pengguna Google adalah para pengguna fanatik yang terus menggunakan Google untuk segala keperluan mereka di internet.

Iklan dalam situs Google dikemas sedemikian rupa sehingga tidak merusak atau menganggu fungsi utama situs mereka, yaitu pencarian. Iklan ditempatkan dengan garis pemisah tidak kasat mata yang membuat para pelanggan tepat fokus ketika mereka melakukan pencarian, atas konsep ini, para pengguna Google terus bertambah, dan bertambah.

Googling kini menjadi padanan kata untuk mecari sesuatu, keteguhan para Google Guys dalam memfokuskan bisnis mereka pada kegunaan produk untuk pelanggan telah menghasilkan perusahaan yang paling ditakuti karena tumbuh begitu besar dan cepat.

Keberhasilan Google Guys bisa dirangkum dalam dua kata : 'menghargai pelanggan'.

Fokus Pada Pelangan -pelajaran dari Google-SocialTwist Tell-a-Friend

Green Marketing

Suatu ketika saya merasa agak janggal melihat iklan sebuah perusahaan tertentu, sebuah perusahaan yang tidak langsung berhubungan dengan masalah lingkungan, misalnya seperti bank dan perusahaan pembiayaan kredit menggunkan kampanye green marketing. Merasa agak janggal karena seperti tidak ada hubungannya antara perusahaan dengan kampanye marketing yang dilakukannya.

Tapi, saya kemudian mendapatkan sebuah bahasan menarik dari majalah Marketing 09/IX/September 2009 tentang green marketing.

Green marketing adalah salah satu tema strategi marketing yang ternyata bisa diterapkan di lintas bidang perusahaan, tidak melulu harus perusahaan yang bersinggungan langsung dengan dunia hijau atau produk-produk hijau. Bank ,dan lembaga pembiayaan kredit pun ternyata bisa menggunakan strategi kampanye ini untuk menarik minat audience.

Bagaimana caranya?

Saya ambil sebuah contoh bank BNI yang mereapkan strategi go green ala BNI (majalah Marketing 09/ix/September 2009) dengan KPR griya hijau BNI, yakni KPR bagi perumahan yang mengusung tema green dalam konsep pembangunannya.

Pada prinsipnya kampanye green marketing adalah kampanye menyeluruh, jadi dalam prakteknya green marketing merupakan kampanye jangka panjang, bisa untuk membangun brand bisa juga untuk membangun kesetiaan konsumen. Green marketing bukan berbarti hanya sebatas kegiatan perusahaan mengeluarkan produk yang ramah lingkungan saja, tapi sebagai sebuah proses yang menyeluruh, green marketing juga harus dijalankan secara total.

Strategi marketing ini bukan hanya ditujukan bagi konsumen tapi juga bagi karyawan internal, dimulai dari atasan, yang mulai membangun pola pikir green, misalnya memnggunakan kertas lebih hemat, menggunakan kertas secara bolak-balik untuk keperluan kertas sehari-hari, dan mulai memilah sampah di dalam perusahaan sampai dengan berhemat listrik.

Sedangkan kampanye keluar atau kampanye ke konsumen bisa menggunakan strategi seperti, penggunaa kemasan yang ramah lingkungan, menjalankan program-program green, seperti menaman pohon sampai program mendaur ulang kemasan, atau bisa juga terinsipirasi pada perusahaan Body Shop yang memang memasukkan jiwa green campaign-nya secara menyeluruh dan kuat sekali, sehingga melekat pada, tidak hanya brand tapi keseluruhan praktik perusahaan.

Sedangkan IBM menjelaskan ada 7 pilar dalam mengusahakan TI yang ramah lingkungan (Businessweek 29-30 September – 7 Oktober 2009) yaitu: strategi perusahaan, manusia/SDM, informasi/pengelolaah data, produk, teknologi informasi, properti/bangunan kantor, operasional perusahaan.

Masih banyak lagi yang bisa dilakukan dan dikembangkan dalam mengusahakan green marketing, dan strategi ini tidak melulu milik perusahaan besar, perusahaan skala mikro dan kecil pun bisa turut berperan dan menjalankan green marketing ini, yang penting adalah kesesuaian dengan positioning perusahaan dan kejelian mengembangkan strategi green marketing yang terarah dan sustainable.

Salam pemasaran hijau!

Green MarketingSocialTwist Tell-a-Friend

Jumat, 04 Desember 2009

Mobile – Social – Realtime + Engage

Apa yang menarik dari perkembangan dunia internet belakangan ini?

Fred Wilson
menulis di situsnya dan menjelaskan bahwa perkembangan internet itu bisa diibaratkan sebuah segitiga emas, yang saling terhubung, berkolaborasi dan saling terkoneksi, tapi saya akan menambahkannya satu lagi dari yang Fred tuliskan, yaitu Engage, yang bisa diartikan sebagai terlibat atau keterlibatan.

Jadi ketiga bagian dari segitiga emas itu akan menjadi Mobile – Social – Realtime + Engage.

Internet pada dasarnya adalah sebuah media baru, selain berjuta informasi yang tersebar di seluruh dunia, dalam internet juga terdapat sebuah dunia baru di mana proses kolaborasi dan interaksi adalah nyawa baru dari segala sesuatu yang ada didalamnya. Percakapan, perkenalan, sharing, komentar serta keterikatan dan keterlibatan adalah perilaku yang beredar dan diikuti di internet.

Mobile: Dengan adanya iPhone serta telepon genggam canggih lain seperti Blackberry serta ponsel-ponsel Cina yang tidak kalah keren, dunia dalam genggaman kini bukan lagi mimpi, cek email, browsing, chat, social networking, GPS, dan berbagai aplikasi lain kini bisa dinikmati hanya dalam genggaman tangan, dan kesemuanya ada dalam satu device.

Social: Siapa yang tidak mau punya teman? Semua orang berlomba untuk punya paling banyak teman, mencari teman lama, sampai memajang foto terbaru untuk dikomentari oleh teman-teman mereka. Facebook, Twitter dan social apps lain menjadi nafas baru yang memberikan kesegaran pada perilaku manusia modern.

Realtime: krisis media di negara maju, dimana media cetak mengalami kemandekkan pertumbuhan kini semakin luas, meski tidak di semua negara maju, karena negara-negara Eropa terlihat lebih stabil, tapi bisa jadi salah satu pemicu jargon matinya media cetak adalah perkembangan internet, meskipun sebenarnya yang benar-benar membuat membaca berita versi cetak menjadi kurang keren adalah, hasrat manusia itu sendiri yang kini ingin selalu bergerak, dan selalu mendapatkan berita secara akurat dan terlebih real time, ini semua bisa dilakukan oleh internet, Twitter, RSS, semua aplikasi ini memudahkan para penggila berita dan informasi untuk selalu terhubung dan terkoneksi dengan berbagai berita yang mereka inginkan.

Kemudian yang terakhir: Engage atau terikat dan keterikatan. Dalam dunia internet, akan lebih baik jika blog anda punya pembaca, nilai akan bertambah jika para pembaca itu memberi komentar atas tulisan anda, dan tahap paling penting adalah berdiskusi dengan anda melalui tulisan-tulisan anda. Proses terakhir ini bisa memberikan nilai tambah karena membantu anda dalam membuat komunitas dengan dasar blog yang berarti diri anda sendiri.

Semua kendali kini ada di tangan individu masing-masing, berita apa yang akan dibaca, teman mana yang akan di add, sampai percakapan mana yang ingin diikuti, semuanya ditentukan oleh masing-masing individu.

Pertanyaannya adalah: Mobile – Social – Realtime + Engage dan semua kemajuan teknologi telah ada di depan mata, kini, siapkah kita menjadi pelaku di dalamnya?
Mobile – Social – Realtime + EngageSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 02 Desember 2009

Beberapa Alasan Mengapa Perusahaan Paranoid Pada Social Media

Kemajuan internet tidak bisa dihindarkan di belahan dunia manapun termasuk indonesia, tidak hanya jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter yang sedang trend, bertambahnya para pengguna internet, sekitar 30 juta dan banyaknya para ahli web designer serta para blogger adalah faktor pendukung lain.

Twitter bisa jadi contoh yang paling relevan untuk mengetahui betapa besar pengaruh pengguna jejaring sosial Indonesia pada situs global. Para pengguna situs Twitter dari Indonesia, sering kali menjadi ‘penguasa’ di trending topics (salah satu fasilitas yang ada di Twitter yang menunjukkan masalah-masalah utama atau yang paling banyak dibicarakan di Twitter).

Ketika bom di Jakarta kemarin meledak, lalu gempa tasikmalaya, dan terakhir kehebohan sutradara Joko Anwar yang beraksi telanjang karena janjinya di Twitter harus dipenuhi adalah beberapa dari trend topics dari Indonesia yang menguasai jagad Twitter, sampai-sampai banyak bule atau pengguna internet luar negeri yang bertanya, karena tidak tahu istilah atau nama-nama tempat di Indonesia.

Tidak hanya jejaring sosial, teknologi internet berbasis 2.0 kini semakin dilirik perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, baik itu mereka yang membuat situs mereka sendiri atau yang masih menggunakan situs gratisan, semacam Blogspot, WordPress, dll.

Namun di tengah perkembangan internet yang maju ini, perusahaan-persuhaan masih menyimpan banyak ketakutan dalam menggunakan fasilitas social media ini. Beberapa ketakutan itu meliputi:

  1. membuang waktu karyawan

  2. hal negatif akan menghancurkan image perusahaan

  3. kehilangan kontrol atas brand

  4. social media tidak benar-benar gratis

  5. takut dituntut atau mengakibatkan kasus pengadilan

  6. ketakutan memberikan data perusahaan yang akan berakibat pada merosotnya nilai perusahaan

  7. menambah biaya pelatihan

  8. takut akan kesalahan

Dunia internet tidak bisa dihindari, cepat atau lambat dunia ini telah mengambil peran yang sangat besar di dunia nyata. Bagi perusahaan yang bergerak dalam dunia modern dan atau yang mempunyai segmen konsumen berada di ses c keatas, sudah selayaknya mulai berpikir dan mendalami tools-tools internet dengan segala kekurangan dan terlebih kelebihannya.

Meski pengguna internet di Indonesia hanya berapa persen dari total seluruh penduduk Indonesia, namun dibandingkan dengan negara asia lainnya, Indonesia adalah negara kelima pengguna internet terbesar di Asia, dengan penduduk yang sekitar 235 juta jiwa, peluang internet adalah peluang yang tidak bisa diabaikan.

Menjadi interner literate atau punah, itu bisa jadi yang mesti direnungkan para pelaku bisnis dan perusahaan di Indonesia, alih-alih membuat daftar kelemahan social media, lebih baik mendalami dan menggali keuntungan dan memperbaiki kelemahannya.

Salam dunia 2.0….

sumber tulisan socialmediatoday atau whatsnextblog

Beberapa Alasan Mengapa Perusahaan Paranoid Pada Social MediaSocialTwist Tell-a-Friend

Sabtu, 28 November 2009

MTV Lokal Sudah 'Habis'?

Sabtu 28 November 2009, sebuah artikel berjudul 'MTV: Apakah Masih Ada?' Muncul di Kompas, di sebuah kolom berita yang saya suka, yaitu New Wave Marketing.

Sebagai salah seorang entrepreuner, marketing menjadi sebuah bahasan sentral, apalagi dengan perkembangan internet, prinsip low budget high impact bisa menjadi sebuah frasa baru baru nyawa marketing abad ini, alias new wave tadi.

Internet juga yang mendukung marketing dunia musik menjadi lebih frontal, masif dan tentunya menjadi lebih horisontal. Kini bukan hanya YouTube, tetapi ada juga Last.fm, I Like, Stream 8, Vevo, MySpace, serta Facebook yang kini mulai dilirik oleh para musisi untuk melakukan streaming serta promo album.

Dengan perkembangan internet serta kekuatan situs-situs user generated konten yang sangat powerfull, apakah MTV masih diperlukan?

Saya akan mengklusterkan MTV hanya di ranah lokal, yaitu Indonesia.

Lanskap musik Indonesia beberapa tahun kebelakang memberikan sebuah dilema yang tidak ringan, di satu sisi musik Indonesia menjadi tuan di rumah sendiri, tapi di sisi lain para kritikus dan banyak musisi mempertanyakan kualitas musik itu sendiri.

Di tengah itu MTV Indonesia, tetap hadir, tapi dengan durasi yang sangat sebentar, jauh ketika MTV lokal berjaya dan dengan konten juga tidak cult, tidak unik dan tidak menjadi trend setter lagi.

Ok, MTV memang masih punya konser-konser besar yang masif, tapi semua stasiun tv pun punya, bahkan lebih sering dan lebih masif.

Lalu, pertanyaannya akan bertambah, apakah MTV masih bisa disebut sebagai trend setter?

New Wave Marketing memberikan sebuah jalur baru bahwa laskap bisnis akan menjadi horisontal. Lanskap bisnis bukan hanya tentang cara pandang konsumen yang kini menjadi kolaboratif, pastisipatif, dan peer to peer minded, tapi dari sisi perusahaan juga harus merubah pola kelesuruhan cara pandang termasuk eksekusi strategi dalam menghadapi new wave ini.

Peranan social media serta seluruh social gear-nya harus dimaksimalkan dalam menjalankan semua aspek-aspek marketing.

Dan menurut saya, peranan pola pikir horisontal itu belum maksimal untuk dilakukan MTV untuk lokal Indonesia. Dengan gempuran dari dua arah yang berbeda, channel tv dan channel internet, saya ragu, apakah MTV Indonesia akan bertahan sebagai salah satu penentu trend musik, fashion dan urban style seperti jaman kejayaannya jaman 90-an.

Dan atas pertanyaan "MTV: Apakah Masih Ada?" dalam artikel dengan judul yang sama di Surfing The New Wave Marketing, Kompas.com, sambil mengikuti persyaratan untuk sebuah event besar pemasaran Indonegsia bertajuk Bloggers@MarkPlus Conference 2010, saya akan menjawab: MTV lokal sudah hampir tidak ada.
MTV Lokal Sudah 'Habis'?SocialTwist Tell-a-Friend

Jumat, 27 November 2009

Menemukan Hal Inti Dari Bisnis dan Pemasaran

Setiap hari bisnis baru bermunculan, dengan berbagai jenis bentuk dan segmentasi yang juga bermacam-macam. Tapi ini bukan berarti para pebisnis rookie atau pemula tidak bisa menemukan kesuksesan dalam bisnis mereka, karena ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk keluar dari kerumunan dan bersinar.

Anda bisa menciptakan logo yang keren, tagline yang indah atau pun kebalikaan itu semua, sebuah gabungan logo yang sangat out of the box.

Tapi semua itu tidak akan bisa membuat merek dan bisnis anda keluar dari kerumunan, jika semua pesaing melakukan hal sama, jika saingan anda membuat logo yang sama atau lebih baik dengan tagline yang lebih memikat semua akan percuma dan sia-sia.

Lalu apa yang sebaiknya dilakukan bagi bisnis kecil atau menengah untuk keluar dari kerumunan persaingan dan bersinar di mata konsumen.

John jantsch dalam bukunya yang berjudul pemasaran Duch Tape, menjelaskan bahwa sebuah perencanaan pemasaran haruslah menemukan berbagai hal inti. Pemasaran bukan hanya visual logo yang bagus, bukan hanya tagline yang baik, dan bukan hanya kombinasi yang tepat dari itu semua.

Pemasaran adalah sebuah proses penemuan hal inti. Sesederhana itu.

Namun, hasil dari penemuan hal inti tidak akan sesederhana konsep. Hasil yang akan didapatkan akan membuat bisnis anda bersinar dan keluar dari kerumunan.

Hal inti adalah bagaimana anda menemukan apa yang sebenarnya anda kerjakan dan berikan pada klien anda. Jika anda adalah seorang arsitek maka arsitek seperti apa yang ingin klien anda persepsikan atas diri anda. Apakah arsitek yang tidak tepat waktu atau arsitek yang bisa menjadi sahabat dalam sebuah proyek yang saran-sarannya profesional dan tepat sasaran.

Apakah anda hanya seorang penjual buku biasa atau anda adalah seorang penjual buku terpercaya yang bisa diminta pendapatnya tentang mana buku yang sesuai dengan pembeli anda dan selalu bisa diandalkan untuk menemukan buku yang pas bagi setiap pembeli toko buku anda.

Penemuan akan hal inti tidak hanya akan membuat bisnis anda bersinar tapi ini akan sangat membantu anda dalam proses bisnis itu sendiri dan memenangi persaingan. Jika saingan anda tidak melakukan apa yang semestinya didapatkan oleh klien, jika pesaing anda tidak memberikan pelayanan seperti apa yang diinginkan klien anda, rebut kesempatan itu dan jadilah pemenang.

Apa yang diinginkan klien yang tidak dilakukan oleh pesaing anda, itulah hal inti dari bisnis anda. Temukanlah hal inti seperti itu di setiap bisnis anda dan lihatlah, bagaimana hal inti akan membuat bisnis anda bersinar dan jauh lebih bersinar dari para pesaing anda. (W)
Menemukan Hal Inti Dari Bisnis dan PemasaranSocialTwist Tell-a-Friend

Media Hybrid: Sebuah Alternatif Solusi

Ketika dunia internet semakin merebak, dan para pemain media cetak global terus berinovasi dengan menerbitkan edisi media mereka dalam format online, maka kini giliran para pelaku media lokal (baca: indonesia) yang ikut juga untuk mengembangkan versi on-line mereka.

Saya kira yang paling fenomenal adalah Kompas.com, karena situs mereka termasuk lengkap dan menerapkan strategi 2.0 secara maksimal.


Apa yang terjadi pada media lokal kita ini bagi saya mengindikasikan bahwa, ketika internet berkembang menjadi dunia yang semakin besar maka para produsen akan masuk dalam konsep bisnis hybrid yaitu off-line dan on-line.

Hal ini dilakukan karena karakter pengguna dua media ini bisa jadi sangat terspesialisasi, versi cetak punya karakter sendiri dan versi on-line punya karakter sendiri.

Kalau mau lihat trend global, memang kini industri media cetak sedang empot-empotan, tapi untuk masuk dalam kondisi mati, itu masih bisa diperdebatkan, faktor yang berperan sangatlah banyak, bukan hanya faktor kemajuan teknologi tetapi harga saham, pengiklan, dan karakter perusahaan media global (yang besar kayak raksasa) yang biasanya lambat mengantisipasi pasar.

Pada sebuah artikel di majalah writers digest ada dua ahli yang masing-masing bertahan pada pendapatnya, satu sisi e-paper akan mengambil ‘nyawa’ kertas fisik, di sisi lain kertas fisik tidak bisa digantikan…

Dalam kondisi ini, penggabungan dua karakter media ini menjadi penting, alih-alih mengkanibalisasi versi cetak, kolaborasi adalah pilihan yang lebih bijak, mengingat kondisi media kita tidak semaju media global.

Yah, memang pertarungan ini belum ada pemenang, tapi saya kira, perusahaan yang bisa mengambil celah adalah yang melakukan strategi hybrid (off-line dan on-line).
Media Hybrid: Sebuah Alternatif SolusiSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 25 November 2009

Membaca Berita di Dunia 2.0

Dunia 2.0 semakin mengambil tempat di dunia datar kita, setelah gegap gempita kemenangan Obama yang selalu dikaitkan dengan keberhasilannya memanfaatkan new media dengan cerdas dan konsisten lalu geliat politikus Indonesia yang beramai-ramai masuk di jejaring sosial Facebook, giliran media tanah air yang mulai bergeliat masuk dunai 2.0, dunia dimana interaksi dua arah yang berkutat pada dunia internet/online.

Jika di negara maju, seperti Amerika perdebatan mengenai ketakbertahanan media cetak telah berlangsung lama, kita di Indonesia rasanya baru akan mulai merasakan dampak dari kemajuan internet yang sangat pesat itu. Media 2.0 adalah media yang memanfaatkan internet sebagai sarana penyampaian informasi serta memanfaatkan karakteristik dunia 2.0 yang memaksimalkan interaksi dua arah.

Media baru yang dikenal dengan nama e-paper ini mulai digemari pelaku media nasional. Pada majalah Marketing edisi 12/VIII/Desember 2008 disebutkan setidaknya ada empat media cetak yang mulai merambah dunia internet sebagai bentuk online dari versi cetak mereka. Kontan, Kompas, Tempo, serta Republika adalah media-media cetak yang melakukan strategi koran internet (e-paper) ini. Keberadaan e-paper yang berawal dari versi cetak tentu berbeda dengan media-media yang memang didesain sejak awal untuk diwujudkan dalam bentuk online, seperti detik.com, kapanlagi.com, dan vivanews.com.

E-paper yang sudah ada di Indonesia biasanya adalah bentuk cetak yang di-online-kan, berita serta tampilan masih sebagian besar sama, secara garis besar belum ada perbedaan yang mencolok atau diferensiasi yang khas. E-paper jenis ini dibuat untuk merangkul konsumen berita modern, eksekutif perkotaan, dan mereka yang melek internet. Sedangkan media versi cetak merangkul konsumen belum melek internet, konsumen “kolot”, dan konsumen yang masih perlu merasakan sentuhan-sentuhan khas produk cetak.

Hal ini bisa jadi mengindikasikan bahwa media cetak tidak mempunyai pilihan lain dalam era persaingan dengan internet. Untuk mempertahankan dan meluaskan share konsumen, media cetak harus menerbitkan versi online mereka, bukan sebagai strategi khusus, melainkan agar tidak ketinggalan langkah oleh pesaing dan kemajuan teknologi juga agak tidak kehilangan konsumen.

Hal yang lebih penting sebenarnya akan terjadi pada masa-masa selanjutnya. Kerena jika diteliti lebih lanjut, konsumen cetak dan konsumen online bisa dibedakan secara jelas, dan tentu keduanya bisa dilayani dengan pemberian value yang khas dan spesifik bagi kedua jenis konsumen itu. Bisa jadi versi cetak tidak memuat beberapa fitur khusus dari e-paper, begitu juga sebaliknya.

Kekhasan fitur dari dua jenis aktualisasi media serta penekanan pada konten akan mejadi kunci utama keberhasialan e-paper, ini juga bisa menjadi strategi agar e-paper tidak menganibalisasi versi cetaknya, mengingat karakter konsumennya pun yang juga beda. Apalagi penggunaan teknologi yang mendukung e-paper yang juga masih belum maksimal. Industri internet di Indonesia baru berkembang, industri dan pengembangan teknologi yang mendukung juga masih terus berkembang.

Keuntungan yang bisa dimasimalkan e-paper adalah jenis produknya yang ramah lingkungan setidaknya tidak menggunakan kertas sebagai bahan dasar media jenis ini. Pembangunan citra merek yang positif dan mendukung isu global mengenai pemanasan bumi bisa dimaksimalkan dalam masa transisi dan pengenalan produk e-paper ini, setidaknya sampai konsumen pengguna media cetak dan online bisa terseleksi dan terpetakan dengan jelas.

Perkembangan internet di Indonesia memang cukup menggembirakan, walaupun koneksi di sini masih tergolong payah, pengguna social networking yang semakin bertambah serta budaya internet yang mulai menjadi gaya hidup, terutama generasi muda bisa menjadi pasar sangat menjanjikan. Belum lagi kondisi krisis dunia yang bisa jadi malah membuka peluang bagi para biro iklan yang berkonsentrasi pada media online.

Pengiklan modern akan tertarik dengan media jenis online ini, apalagi jika penawaran harga bisa menjadi satu paket dengan versi cetak. Belum lagi beberapa bisnis yang memang fokus pada konsumen di segmen online, akan memilih media online sebagai sarana promo karena lebih tersegmentasi.

Era baru dunia pemasaran sedang berkembang, komunitas yang menjadi sasaran utama pemasar menjadi sangat penting dan bernilai bagi perusahaan. Media internet memudahkan interaksi dan segmentasi iklan pada komunitas. Ini adalah nilai lebih yang sangat bisa dikembangkan dan menjadi nilai tambah yang dipunyai e-paper. Interaksi menjadi penting karena di sana perusahaan pengiklan bisa menjangkau secara langsung konsumen mereka.

Dunia jurnalisme pun semakin berkembang, jurnalisme warga lalu pertambahan blogger, ikut juga membantu perkembangan jurnalisme online. Meskipun perkembangan ini memberikan dampak negatif, namun sisi positifnya juga bisa dimanfaatkan demi kemajuan media yang ikut juga terkena dampak krisis.

Perkembangan teknologi, sejatinya memang digunakan untuk kemajuan manusia, begitu juga pekembangan media cetak ke versi online, sudah seharusnya memberi dampak yang signifikan pada konsumen media. E-paper tentu tidak bisa menggantikan seratus persen versi cetak, ada beberapa hal khas yang ada di versi cetak yang tidak bisa digantikan oleh versi online. Kesemuanya harus didesain untuk saling mendukung. Setiap segmen komsumen punya selera masing-masing yang khas, alih-alih menganibalisasi satu produk dengan produk yang lain, e-paper dan media versi cetak akan bisa lebih berkembang jika saling mendukung.

Selamat membaca berita di dunia 2.0.

***

Penulis, salah seorang pemilik LawangBuku distributor serta koordinator klab di Tobucil & Klabs Bandung.

Tulisan dimuat di koran Pikiran Rakyat, Sabtu 03 Januari 2008 (link artikel)




Membaca Berita di Dunia 2.0SocialTwist Tell-a-Friend

Sabtu, 10 Januari 2009

Pemasaran Klasik Untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Sejak jaman dulu, pebisnis terus tumbuh di lingkungan ekonomi di tiap negara, entah ketika perekonomian sedang bergerak turun, maupun naik, para manusia pebisnis akan terus bermunculan, ada yang bertahan ada yang berganti profesi atau merubah genre bisnis mereka.


Tapi yang pasti, para pebisnis akan selalu mengisi ruang perekonomian di tiap negara, termasuk juga Indonesia. Pertumbuhan para pelalu bisnis kadang kala tumbuh pesat ketika ekonomi turun atau bahkan pada masa krisis, ketika jenis pekerjaan kantoran atau bekerja ke pihak lain memberi ketidakpastian status dan skala ekonomi, maka orang akan cenderung akan berbisnis.


Stigma berbisnis menimbulkan ketidakpastian penghasilan kini sudah berubah, bisnis menjadi sebuah kepastian baru ditengah hantu PHK serta sistem penggajian yang tidak sama bagi setiap orang.


Banyak bisnis rumahan, bisnis berskala besar, serta menengah bermunculan. untuk bisnis rumahan, gejalanya bisa terlihat di perumahan-perumahan kini bermunculan toko kecil, rumah makan, semi franchise bisnis, laundry kiloan, cuci motor dan berbagai bisnis skalan menengah yang begitu booming.


Dengan banyaknya bermunculan bisnis baru ini, sudah selayaknya para pelaku bisnis juga belajar bagaimana mengelola bisnis secara modern. Berbisnis secara klasik memang tidak salah, malahan bagi beberapa tipe bisnis pendekatan klasik justru akan memberikan imbal balik yang cukup baik. Tetapi bagi sebagaian besar tipe bisnis, pendekatan bisnis modern akan memberikan imbal balik yang berkali-lipat.


Secara sederhana sebelum memulai bisnis, pekerjaan yang sebaiknya dilakukan adalah riset. Riset ini bisa menggunakan beberapa alat bantu, saya akan mencoba menjelaskan secara sederhana 2 alat bantu yang populer dan menjadi dasar dalam memulai bisnis, terutama menjadi dasar dalam rangka pemasaran bisnis.


Pertama : STP -Segmentation-Targeting-Positioning

Kedua: 4P -Product-Price-Place-Promotion


Secara sederhana STP adalah tools yang digunakan untuk menguraikan mengenai data pangsa pasar mana yang akan dimasuki dalam berbisnis, memilih pangsa pasar tertentu agar fokus bisa dimaksimalkan, serta memposisikan dalam benak konsumen tentang apa, siapa, dan bagaimana perusahaan memberi pelayanannya pada kosumen.


Sedangkan 4P adalah tools yang sering juga disebut marketing mix, ini digunakan untuk melalui data tentang produk apa saja yang akan dibuat, proses pemberian harga pada produk yang dihasilkan perusahaan, dimana produk itu akan dijual serta bagaimana proses serta data promosi yang akan dilakukan.


Dunia pemasaran modern memang telah memberikan proses pembaruan atas istilah serta tools-tools yang digunakan, seperti kini bukan lagi 4P namun telah bertambah P selanjutnya yaitu people, serta P lainnya, serta dunia internet yang memberikan pengaruh atas konsep STP dan 4P ini.


Tapi konsep pemasaran klasik ini tetap menjadi dasar atas perkembangan pemasaran yang manapun, semua akan berangkat dari konsep-konsep pemasaran ini, dan terlebih untuk para pebisnis, pengusaha serta perusahaan baru, konsep pemasaran klasik ini adalah pijakan dasar yang nantinya bisa dikembangkan menjadi tools pemasaran modern yang lebih berkembang.


Tulisan selanjutnya saya akan memahas lebih detail lagi tentang STP dan 4P ini, terutama untuk bisnis mikro, kecil dan menengah.


Selamat berbisnis !
Pemasaran Klasik Untuk Usaha Mikro, Kecil dan MenengahSocialTwist Tell-a-Friend

creative commons

Creative Commons License
socialnomic by wiku baskoro is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Based on a work at socialnomic.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at wikubaskoro@gmail.com.