Jumat, 19 Maret 2010

Twitter dan Kekuatan Promosi Social Media

Social media telah memberikan banyak dampak positif, terutama di negara besar yang tingkat literasi internetnya sudah sangat maju, tapi bahkan di negara maju seperti US pun, social media masih sering dipandang sebelah mata dan selalu dibandingkan dengan cara-cara media konvensional.

Termasuk dalam cara berpromosi, social media masih kalah pamor dibanding dengan cara berpromosi konvensional yang kebanyakan menggunakan media off line bukan on line. Tapi para pelaku dan promoter serta fans social media terus mengembangkan diri dan terus melakukann perbaikan serta monitoring pada berbagai aktivitas soccial media yang juga turut memberikan andil perbaikan terhadap cara penggunaan social media.

Di Indonesia, penggunaan social media sudah mulai menemukan pijakkannya, meski masih jauh kalau mau dibilang mapan. Social media masih jadi pilihan ke 3 atau ke 4 setelah pilihan media-media konvensional dilaksanakan.

Hal ini memang sangat wajar, bukan hanya karena pertumbuhan pengguna internet yang jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk indonesia masih sangat sedikit, hanya sekitar 10% lebih, ini dikarenakan memang user atau konsumen yang menjadi sasaran social media masih banyak yang belum "ngeh" dengan fenomena internet.

Tapi seiring waktu bergulir, serta kemajuan teknologi yang terus berkembang, salah satunya dengan pertumbuhan pengguna ponsel yang notabene kini sangat lekat dengan internet, sebagai salah satu fitur yang 'harus' ada di semua ponsel, tingkat literasi serta pemahaman user akan internet akan semakin bertambah.

Kini user sudah mulai menganggap wajar aplikasi yang di donwload lewat internet, game yang terkoneksi ke internet serta berbagai proses yang menggunakan internet sebagai medium dalam penyampaiannya. Memang internet tidak hanya bisa dipandang sebagai medium saja, internet adalah produk itu sendiri dan sumber itu sendiri, tapi minimal untuk negara berkembang yang trend internetnya masih belum sangat signifikan, saya rasa itu sudah cukup.

Salah satu aplikasi yang menjadi trend dan mencuri perhatian publik adalah Twitter. Aplikasi yang sering di sebut sebagai microblogging ini mencuri banyak perhatian masyarakat Indonesia, bukan hanya banyak kasus populer yang melibatkan Twitter sebagai mediumnya, tetapi pertumbuhan pengguna Twitter dari Indonesia pun semakin banyak, bahkan menjadi salah satu yang terbanyak di dunia.

Oleh karenanya Twitter sebagai media promosi adalah relevan. Di aplikasi Twitter ini si pemilik akun dimungkinkan untuk mempunyai follower atau pengikut yang tidak terbatas, artinya audience yang bisa dibangun sangatlah besar. Keterikatan dalam network following dan follower juga membuat proses promosi menjadi dimudahkan, karena orang tidak akan tertarik untuk menjadi follower akun tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu siapa dan apa yang dilakukan oleh user tersebut, yang artinya penyampaian pesan dalam proses promosi akan melewati halangan pertama yang berhubungan dengan interest user.

Salah satu program promosi yang bagi saya menarik adalah program yang dijalankan oleh Coca-Cola beberapa waktu. Jika anda sering menonton televisi tentu anda pernah melihat slogan baru Coca-Cola dengan tagl line 'Buka Semangat Baru' slogan ini kemudian dikembangkan oleh Coca-Cola dari medium konvensional yaitu televisi dan tentu saja print ad ke medium social media lewat Twitter.

Melalui Twitter para influencer atau pemilik akun di Twitter yang (mungkin saja di sewa oleh perusahaan untuk melakukan promo) memunculkan hastag (#) salah satu istilah di Twitter untuk menandakan atau sebagai pengelompokkan tweet dan mulai menyebarkan tag line ini di jagad Twitter lengkap dengan segala hal yang berbau buka semangat baru. Dan berhubung kata semangat baru itu mengandung makna positif. tidak sedikit user yang tertariik dengan hastag ini dan kemudian menyebarkannya lagi lewat akun pribadi mereka. Proses viral pun berlangsung yang menjadi blend dengan promo Coca-Cola di televisi, print ad, banner, poster.

Proses hibrida antara off line promotion dan on line promotion berjalan smooth dan saling melengkapi.

Program ini mirip program soft promo konvensional dimana perusahaan tidak secara gamblang mengatakan bahwa program mereka adalah program promosi tapi semuanya dikemas menjadi sebuah program social media. Unik dan bagi saya Coca-Cola sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah perusahaan global, besar tapi tetap paham trend apa yang sedang in di dunia termasuk trend internet dan berbagai kegiatan di dalamnya.

Satu lagi contoh kasus yang menurut saya cukup baik dalam memanfaatkan Twitter sebagai media promosi adalah promotor kawakan Adrie Subono. Adri yang merupakan bos JavA Musikindo yang merupakan salah satu promotor paling rajin memboyong band-band anak muda yang sedang hip ke Indonesia, menggunakan Twitter sebagai sarana pengumuan serta perkembangan yang berhubungan dengan konser serta artis yang akan didatangkan oleh Java.

Bahkan kini jika ada user Twitter yang gemar atas band tertentu lalu menginginkan band itu datang ke Indonesia untuk mengadakan konser, para user ini membentuk semacam petisi Twitter menggunakan hastag dan menyampaikannya ke akun Twitter Adrie dengan sebuah tujuan sebagai ide bagi Java untuk melihat siapa saja band yang mungkin didatangkan ke Indonesia, dan jika dukungan ini meluas dan melibatkan banyak user maka bukan tidak mungkin band itu akan didatangkan oleh Java Musikindo.

Twitter menjadi jembatan dua kelompok yang memang sudah seharunya saling membutuhkan, Java sebagai prmotor tentu harus mempunyai data dan medium untuk berkomunikasi pada calon penonton mereka dan user pun butuh medium dalam menyampaikan keinginan mereka serta mendapatkan berbagai informasi berkenaan dengan acara konser band kegemaran meraka.

Di sinilah peran social media mendapatkan tipping point-nya, ketika ROI atau tingkat pengembalian modal atas social media sering dipertanyaakan dan sering dibandingkan dengan media promosi konvensional, maka hasil-hasil feedback user seperti contoh di atas bisa menjawab keraguan mereka yang masih memandang social media sebelah mata.

Social media memang masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan market di Indonesia, bukan hanya faktor teknologi atau kemampuan perusahaan menggunakan medium ini tetapi fokus utama juga terdapat di user itu sendiri. Ketika user belum paham tentang medium baru bernama social media ini tentu akan sulit bagi perusahaan sebesar apapun dalam menjalankan social media sebagai ujung tombak dalam berkomunikasi dengan konsumen.

Tapi, trend penggunaan social media bertumbuh terus dan sudah seharusnya perusahaan mulai mendalami dan menganalisis sampai sejauh mana social media bisa membantu perusahaan dalam melakukan engagement dengan konsumen.

Jadi kini waktu yang tepat untuk mulai mempelajari social media, selamat belajar.

Sumber gambar: teacherspodcast.
Twitter dan Kekuatan Promosi Social MediaSocialTwist Tell-a-Friend

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Seperti biasa, good review mas Wiku :)

@"ketika ROI atau tingkat pengembalian modal atas social media sering dipertanyaakan dan sering dibandingkan dengan media promosi konvensional, maka hasil-hasil feedback user seperti contoh di atas bisa menjawab keraguan mereka yang masih memandang social media sebelah mata."

Ini bagus tapi juga masih terkesan (di mata saya) terlalu idealis. Pada kenyataannya bos-bos dan HiPPO (Highest Paid Person Opinion) masih memegang kendali perusahaan. Mereka melihat hasil social media bagus, ada interaksi, ada komunikasi, bla bla bla, tapi pada ujung2nya tetap akan menanyakan ROI dan revenue.

Adalah tugas kita sebagai praktisi marketing online yang harus menjaga relevansi antara hasil yang intangible (brand equity, interactivity, etc) dengan hasil yang tangible. Adalah tugas kita untuk menjelaskan metrics yang tidak dapat diformulasikan tersebut ke dalam metrics yang jelas hubungannya dengan perkembangan perusahaan (biasanya dalam mentuk moneter)

Btw, kemarin ini saya ada sharing soal cerita/gossip yang terjadi pada saya dan perusahaan tempat saya bekerja yang sangat erat kaitannya dengan entry mas Wiku kali ini. Mungkin mas Wiku bisa membacanya kalau tertarik (sebelum kita bertemu dan mendiskusikan marketing online di Indonesia yang masih 1D :D)

Posting Komentar

creative commons

Creative Commons License
socialnomic by wiku baskoro is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Based on a work at socialnomic.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at wikubaskoro@gmail.com.