tadi pagi pertanyaan di atas muncul di kepala saya. jawaban singkat saya atas pertanyaan di atas adalah tidak.
kenapa?
pertama, saya pikir akun media itu bersifat satu arah, mengabarkan apa yang ada di media mereka, yang biasanya berupa situs. twitter menjadi salah satu channel dalam penyebaran berita. dengan tujuan untuk mengembalikan traffic ke situs media yang bersangkutan kembali.
kalau pun dua arah, saya pikir akun media hanya menerima laporan, saran atau kritik dari follower mereka, tanpa harus menjawabnya secara rinci. atau menjelaskan secara panjang lebar. jika ingin menjelaskan tidak perlu sampai berkepanjangan. bisa dilajutkan ke private message atau via email.
pengecualian adalah bagi media yang memang membutuhkan asupan konten dari pembaca mereka atau akun yang memang diperuntukkan sebagai sarana bagi pembaca media untuk melaporkan atau memberi tip informasi.
lalu bagaimana dengan tren penggunaan internet yang 2.0? bukankah harusnya interaksi yang terjalin?
saya berpikir, jika media ingin berinteraksi tempatnya bukan di twitter, tetapi di kolom komentar dari media tersebut, dalam hal ini kolom komentar di artikel terkait.
ketika diskusi atau unsur 2.0 harus ada, semua sebaiknya diarahkan ke situs kembali, baik berupa traffic atau time on site.
saya berpendapat, twitter hanya sebagai channel tambahan, twitter dan akunnya bukan tujuan dari konten media, semua dikembalikan lagi ke situs mereka.
tentu lain halnya jika media tidak memiliki situs atau memang menyebarkan beritanya hanya dari akun twitter. untuk yang terakhir ini saya tidak setuju. karena twitter berkarakter timeline, yang bisa dipandang sebagai aliran yang jalan terus menerus. menyebarkan berita hanya lewat twitter tanpa ada satu tempat yang mewadahi semuanya, sama saja membebani pembaca.
twitter sebaiknya dipandang bukan sebagai rumah, tetapi jalan menuju rumah.
itu pendapat saya, bagaimana dengan Anda?